HOME

Sabtu, 08 Desember 2012

Jaringan Distribusi

A. Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Konstruksi jaringan tegangan menengah (JTM) di wilayah indonesia berbeda – beda. Di jawa timur yaitu di wilayah kerja PT PLN (Persero) UPJ genteng memakai konstruksi sebagai berikut:
1.    TM1    :    digunakan untuk konstruksi jaringan lurus (tiang penyangga) dengan sudut belokan 00 - 150.
2.    TM2        :     digunakan sebagai konstruksi tiang belokan dengan sudut  belokan  150 - 300.
3.    TM4         :  digunakan sebagai konstruksi tiang akhir
4.    TM4X        :     bekas TM4 yang digunakan sebagai konstruksi tiang TM5 untuk sambungan jaringan baru.
5.    TM5            : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri)
6.    TM5C    : konstruksi tiang dengan dua sisi tarikan (kanan dan kiri)  dilengkapi dengan fuse cut out (FCO)
7.    TM8            :  konstruksi tiang sebagai percabangan tiga (pertigaan)
8.    TM8C    : konstruksi tiang sebagai percabangan tiga (pertigaan) dan dilengkapi dengan Branch Fuse Cut Out.
9.    TM8X         :    bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang   percabangan (pertigaan) TM8 baru
10.    TM8XC     :    bekas konstruksi TM1 yang diubah menjadi tiang percabangan (pertigaan) TM8 baru dan dilengkapi dengan Fuse Cut Out
11.    TM10    :    konstruksi tiang sebagai belokan yang mempunyai sudut lebar (sekitar 900)
12.    TM10X        :    bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan jaringan baru.
13.    TM10XC    :    bekas konstruksi TM4 yang diubah menjadi TM10 karena ada penambahan jaringan baru dan dilengkapi dengan fuse Cut Out
14.    TM11         :    konstruksi tiang akhir yang disambung dengan SKTM
15.    TM12         :     konstruksi TM1 yang disambung dengan SKTM
B. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Beberapa jenis konstruksi jaringan tegangan rendah yang digunakan di wilayah kerja PT PLN (Persero) UPJ genteng adalah sebagai berikut :
1.    TR1     : digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00  - 1500
2.    TR1     :    digunakan untuk tarikan jaringan yang lurus dengan sudut 00 - 150.
3.    TR2     : digunakan untuk konstruksi jaringan belokan dengan sudut 250 - 900.
4.    TR3     :    digunakan untuk konstruksi tiang akhir
5.    TR4     :    digunakan untuk konstruksi tiang percabangan empat.
6.    TR5     :    digunakan untuk konstruksi tiang lurus dengan dua sisi           tarikan kiri dan kanan
7.    TR6     :    digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya berupa TR1.
8.    TR6A     :    digunakan sebagai konstruksi tiang percabangan tiga dengan tarikan lurusnya berupa TR5.
9.     TR7     :    digunakan sebagai konstruksi sambungan antara Blunded   conduktor dengan AAAC
10.     TR8     :    digunakan sebagai konstruksi tarikan lurus dengan kawat A3C sebagai penghantar (4 penghantar).
11.    TR9     : digunakan sebagai konstruksi tarikan tiang akhir pada SUTR dengan kawat A3C sebagai penghantar.
C. Konstruksi Gardu Trafo Distribusi
Gardu Distribusi berfungsi untuk mendistribusikan dan melayani energi / daya listrik ke pelanggan dengan tegangan rendah  380 V / 220 V baik satu phasa maupun tiga phasa, disamping itu digunakan juga untuk mengatur tegangan rendahnya sesuai dengan standard dari tegangan nominal disamping itu pula gardu distribusi tersebut dipasang saklar dan alat pengaman arus ( fuse ) yang digunakan bila terjadi hubung singkat dijaringan, maka pengaman tersebut akan putus. Stabilitas tegangan adalah tanggung jawab PLN untuk memepertahankan stabilitas tegangan pelayanan kepada konsumen. Untuk standard PLN kita tentukan ( SPLN No.1 th 1985 ) yaitu + 5% dan – 10% dari tegangan standard tegangan rendah.Konstruksi gardu trafo distribusi yang digunakan di wilayah kerja APJ  Bnayuwangi antara lain :
1.    Gardu Trafo Tiang Portal
Gardu trafo tiang portal adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 2 tiang sebagai penyangga.
2.    Gardu Trafo Tiang cantol
Gardu trafo tiang cantol adalah gardu trafo distribusi yang menggunakan konstruksi 1 tiang sebagai penyangga, baik untuk trafo kotak maupun trafo tabung.
3.    Gardu Konvensional
Gardu konvensional adalah gardu trafo yang dibangun di dalam satu ruang (bangunan) sendiri (indoor), pada umumnya trafo tersebut digunakan untuk pelanggan berdaya besar.
D. Sistem Proteksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itujaringan distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman (proteksi).
Ada tiga fungsi sistem pengaman (proteksi) dalam jaringan distribusi yaitu :
1.    Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat adanya gangguan listrik
2.    Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3.    Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman antara lain :
a.    Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman harus cukup sensitif dan bisa mendeteksi adanya gangguan yang terjdi didaerah pengamanannya dan bila perlu mentripkan PMT atau pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat.
b.    Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengamankan sistem oleh adanya gangguan diusahakan seminimal munkin.
c.    Keandalan (Realibilitas)
Dalam kondisi normal pengaman tidak boleh bekerja tetapi harus pasti dapat bekerja bila diperlikan da n tidak boleh gagal atau salah bekerja.
d.    Kecepatan (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Pada  Jaringan Tegangan Menengah (JTM) peralatan proteksi yang digunakan antara lain :


1.    Fuse Cut Out (FCO)
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari konponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. Pelengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuselink sebagai pisau pemisahnya. Fuse Cut Out ini biasanya dipasang pada gardu distribusi dan tiap percabangan atau anak cabangnya jaringan (sub branh).
Tipe Fuse link
Untuk tipe  fuse link dibedakan menjadi 3 yaitu tipe K, T, dan H. Perbedaan tipe fuse link ini bedasarkan pada kecepatan memutuskan jaringan listrik yang berbeban apabila terjadi ganggaun. Tipe K untuk menyatakan waktu kerja lebih “cepat” dan tipe T untuk menyatakan waktu kerja lebih ‘lambat” sedangkan tipe H berdasarkan surja petir. Di APJ Banyuwangi dan di wilayah PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur pada umumnya menggunakan fue link tipe K. Hal ini dilakukan guna melindungi peralatan distribusi  agar tidak cepat rusak dan umurnya lebih panjang.
2.    Relai Arus Lebih
Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan danya kenaikan nili arus dan waktu setingnya. Relai arus lebih ini berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa (OCR = Over Current Relay) maupun fasa ke tanah (DGR = Direct Ground Relay). Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya relai arus lebih dapat dibagi menjadi :
a)    Relai arus lebih seketika (instanstaneous over current relay)
b)    Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current relay)
c)    Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current relay)
3.    Arrester
Arrester adalah alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian ( sirkuit ), dengan jalan mengalirkan arus denyut ( surge current ) serta membatasi berlangsungnya arus ikutan ( follow current ) serta mengembalikan keadaan jaringan – jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem.
Prinsip kerja arrester Bila terjadi tegangan lebih pada jaringan, arrester bekerja dengan mengalirkan arus surja (surge current) ketanah, kemudian setelah tegangan normal kembali, arrester tersebut segera memutus arus yang mengikuti kemudian (follow current).
Arrester ditempatkan pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa maupun satu fasa untuk sistem Y ditanahkan bisa juga dipasang pada jaringan yang rawan petir. Tegangan pada arrester adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu penghantar mengalami gangguan fasa ke tanah dan arrester tetap harus dipasang tiap fasa. Untuk trafo satu fasa juga memerlukan arrester pada tiap kawat fasa di sisi primer.
1.    PBO (Penutup Balik Otomatis)
PBO di gunakan sebagai pengaman gangguan temporer dan juga untuk membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan). Alat ini dipasang di jaringan utama SUTM, salah satunya yaitu Recloser. Prinsip kerja Recloser adalah apabila terjadi gangguan pada jaringan di belakang pemasangan recloser maka gangguan tersebut tidak sampai mengakibatkan trip PMT (penyulang trip) dengan catatan setting relay dan waktunya lebih kecil dari setting relay di gardu induk.
2.    Saklar Seksi Otomatis (SSO)
Alat ini mempunyai fungsi yang sama dengan PBO yaitu untuk pengaman gangguan temporer dan juga membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan (lokalisir gangguan), contoh peralatan ini adalah AVS (Automatic Vaccum Switch) dengan peredam busur api gas SF6. Alat ini bekerja berdasarkan setting waktu tegangan yang masuk dan juga setting hitungan (counter) bekerjanya alat ini. Di wilayah kerja APJ Banyuwangi AVS dioperasikan secara manual karena komponen peralatannya ada yang rusak, jadi dalam pengoperasiaannya (open - close) dilakukan oleh petugas secara manual. Selain AVS ada juga LBS (Load Break Switch) yaitu saklar SUTM yang digunakan untuk membuka dan menutup jaringan apabila terjadi gangguan (lokalisir gangguan) dan juga untuk melakukan manuver jaringan.
3.    Ground Wire
Sama halnya dengan Arrester alat ini digunakan sebagai pengaman jaringan apabila terjadi sambaran petir. Tetapi dalam konstruksi pemasangannya berbeda dengan arrester. Ground wire di pasang di ujung atas tiang SUTM kemudian dihubungkan dengan konduktor pada tiang yang kemudian ditanam ke tanah menggunakan elektoda pembumian. Hal ini dimaksudkan apabila ada sambaran petir tidak mengenai jaringan SUTM karena pemasangannya di ujung atas tiang dan pembumiannya lebih efektif karena dipasang pada tiap tiang.

D. Pengoprasian dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi
Pengoperasian jaringan distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup mengatur, membagi, memindahkan dan menyalurkan listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin terhadap kelangsungan penyaluran / pelayanan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kelangsungan pelayanan adalah:
Ø    Adanya pekerjaan jaringan
Ø    Kecepatan dalam mengisolasi gangguan dan manuver beban
Ø    Ketahanan peralatan terhadap tegangan lebih, hubung singkat dan pembebanan.
1. Tujuan Pengoperasian Jaringan Distribusi
        Tujuan pengoperasian jaringan distribusi adalah untuk memberikan kelangsungan dan kontinuitas (keandalan) penyaluran dengan tegangan dan frekuensi yang stabil, biaya pengoperasian yang efisien, keamanan dan keselamatan konsumen serta masyarakat pada umumnya terjamin sehingga mutu listrik dan kepuasan pelanggan tetap terjaga.
2. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi
    Ada dua macam jaringan distribusi yang dioperasikan :
a)    Jaringan baru
b)    Jaringan lama yang padam atau dipadamkan
Pengoperasian jaringan distribusi baru meliputi :
·    Jaringan dinyatakan layak / baik (konstruksi, material konstruksi dan kualitas material sesuai standart atau tidak)
·    Penyulang dan sumber tenaga mampu
·    Daerah yang dilayani diketahui (aman, beban, daerah yang dilayani dan peralatan yang terpasang).
·    Pelaksanaan fisik pengoperasian (pengukuran jaringan dengan megger dan pengukuran tahanan pembumian (maksimal 5 ohm) )
Pengoperasian jaringan lama yang padam atau dipadamkan meliputi :
·    Telah diterima laporan resmi bahwa jaringan telah diperbaiki dan perbaikan telah diuji dan petugas dalam posisi aman
·    Bila ada penambahan beban (baru) dapat dilayani oleh sumber tenaga yang tersedia
·    Pelaksanaan fisik pengoperasian (pengukuran jaringan dengan megger dan pengukuran tahanan pembumian (maksimal 5 ohm) )
3. Tujuan Pemeliharaan
Agar instalasi jaringan Distribusi Beroperasi dengan :
·    Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya.
·    Andal (reable)
·    Kesiapan (avaibility) tinggi
·    Unjuk kerja (performance) baik.
·    Umur (live time) sesuai desain
·    Waktu pemeliharaan (down time) efektif.
·    Biaya pemeliharaan (cost) efisien / ekonomis.
4. Macam – macam pemeliharaan
        Berdasarkan waktu pelaksanaan :
Ø    Pemeliharaan terencana (planed maintenance) preventif dan korektif.
Ø    Preventif dan tidak direncanakan (unplaned maintenance)


Berdasarkan Metodenya :
Ø    Pemeliharaan berdasarkan waktu (time base maintenance)
Ø    Pemeliharaan berdasarkan kondisi (on condition base maintenance)
Ø    Pemeliharaan darurat / khusus (brak down maintenance)
    5. Pemeliharaan Preventif
    Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan keandalan dan efisiensi tinggi. Kegiatan pokok pemeliharaan preventif ditentukan berdasarkan perioda / waktu dan kondisi peralatan. Kegiatan pemeliharaan preventif bisa berupa pemeriksaan , pemeliharaan, perbaikan peralatan, penggantian sampai pada perubahan atau penyempurnaan jaringan. Lingkup kegiatan pemeliharaan preventif antara lain :
a)    Pemeriksaan rutin
b)    Pemeliharaan rutin
c)    Pemeriksaan prediktif
d)    Perbaikan / penggantian peralatan
e)    Perubahan / penyempurnaan jaringan.
    6. Pemeriksaan Rutin
            Pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran / usulan dari hasil inspeksi antara lain adalah perbaikan, penggantian, pembersihan, peneraan, atau pengetesan peralatan jaringan. Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
Ø    Inspeksi Jaringan SUTM : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, braket, cross arm, pentanahan, penghantar, isolator, cut out, arester, LBS dll.
Ø    Inspeksi gardu distribusi : memeriksa dan melaporkan keadaan inspeksi gardu distribusi : ruang gardu, kubikel, trafo, panel TR, terminal, Sepatu kabel dll.
Ø    Inspeksi jaringan SUTR : memeriksa dan melaporkan keadaan tiang, hantaran, terminal out door, konektor hantaran dll.
    7.  Pemeliharaan rutin
            Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus untuk mempertahankan kondisi peralatan jaringan agar tetap berada dalam kondisi baik dan prima. Contoh pemeliharaan rutin antara lain :
Ø    Pengecatan tiang pada SUM dan SUTR.
Ø    Pemotongan ranting / dahan pada pohon yang mendekati  jaringan
Ø    Pengecatan jembatan kabel
Ø    Pengecatan bangunan gardu sipil
Ø    Revisi instalasi gardu distribusi dan gardu hubung
Ø    Revisi instalasi 20 KV Gardu Induk.



    8. Pemeriksaan Prediktif
    Sistem pemeliharaan yang berbasis kondisi (condition base maintenance) dengan cara memonitor kondisi peralatan / jaringan secara on line maupun off line. Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
Ø    Pemeriksaan instalasi dengan infrared / thermo vision.
Ø    Pemeriksaan partial discharge pada terminal indoor penyulang 20 KV di gardu induk / gardu hubung.
Ø    Pengukuran beban pada trafo distribusi
Ø    Pengukuran beban jurusan pada PHB TR gardu Distribusi.
Ø    Pengukuran tegangan ujung pada JTR
Ø    Tes trip pada PMT Penyulang 20 KV di gardu Induk dll
9. Pemeliharaan Khusus / Darurat
        Pekerjaan pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan distribusi yang rusak akibat Force Mayeur seperti : bencana alam, kebakaran, huru hara dll. Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
Ø    Perbaikan / penggantian JTR yang rusak akibat kebakaran
Ø    Perbaikan / penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.
Ø    Perbaikan / penggantian JTR / SUTM maupun gardu distribusi yang rusak akibat huru hara




F.    Jenis – Jenis Pemeliharaan
1. Pemeliharaan SUTM
Pemeliharaan SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) meliputi :
Ø    Pondasi
Ø    Tiang
Ø    Cross arm
Ø    Arm tie dan arm tie band
Ø    Isolator tumpu / isolator tarik
Ø    Arester
Ø    Grounding arester
Ø    Konduktor
Ø    Join dan jumper (connector)
Ø    Guy wire
    2. Pemeliharaan GTT
        Pemeliharaan GTT meliputi :
Ø    Pengecekan fisik trafo tiap 6 bulan sekali
Ø    Pemeriksaan minyak trafo dan sampling minyak trafo untuk di tes
Ø    Pemeiksaan paking dan baut pengikat
Ø    Pemeriksaan pembersihan bushing TM dan bushing TR
Ø    Pemeriksaan kran trafo jika ada
Ø    Pemeriksaan semua terminal penghubung.
Ø    Tes kondisi tegangan pada masing – masing fasa
Ø    Membersihkan semua terminal penghubung dari kotoran.
Ø    Membersihkan LV Panel (PHB TR) dari debu dan kotoran yang melekat
Ø    Membersihkan NH Fuse dan mengoleskan vaselin
Ø    Tes pembumian atau grounding
    3. Pemeliharaan SUTR
        Pemeliharaan SUTR meliputi :
Ø    Pondasi
Ø    Tiang
Ø    Cross arm
Ø    Arm tie dan arm tie band
Ø    Isolator tumpu dan isolator tarik
Ø    Konduktor
Ø    Suspension / strain clamp
Ø    Konektor
Ø    Grounding ujung line netral
F.    SOP (standing operation prosedure) Operasi Sistem Distribusi
1. Pengertian
    SOP (Standing Operation Prosedure) adalah prosedure yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia. Yang dimaksud SOP disini adalah SOP dalam melakukan pengoperasian sistem jaringan distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri dari :
1.    SOP sistem jaringan distribusi
2.    SOP komunikasi dan
3.    SOP lokal jaringan distribusi

    2. SOP Sistem Jaringan Distribusi
    SOP jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian instalasi jaringan distribusi pada kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi daruarat. SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang terpasang dan konfigurasi serta fungsi jaringan distribusi. Di dalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada beberapa kondisi, yaitu :
a)    . SOP Kondisi Normal
Operator / teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi jaringan distribusi dan melaksanakan perintah dispatcher / APD untuk manuver perbaikan sistem maupun pemeliharaan jaringan distribusi serta kebutuhan lainnya.
b)    SOP Kondisi Gangguan :
        Operator / teknisi melakukan tindakan seperti :
§    Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 (nol) kV untuk JTM
§    Periksa dan yakinkan serta catat jika ada PMT yang trip di GI maupun Gardu Hubung (GH) dan kelainan – kelainan yang terjadi.
§    Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol di GI atau GH kemudian direset
§    Laporkan kepada Dispatcher APD
§    Laporkan kepada Piket APJ / Cabang
c)    SOP Kondisi Pemulihan
§    Operator / teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher kemudian melaporkannya
d)    SOP Kondisi Darurat
§    Tindakan operator / teknisi jaringan distribusi membebaskan peralatan dari tegangan, sehubungan dengan kondisi setempat seperti : banjir, kebakaran, huru – hara atau kondisi yang dianggap bahaya oleh operator / teknisi jaringan distribusi, selanjutnya operator / teknisi jaringan distribusi harus melaporkan kejadian tersebut pada dispatcher APD dan piket APJ
e)    SOP Pengoperasian Jaringan Distribusi / Instalasi Baru
    Di dalam mengoperasikan jaringan distribusi atau instalasi baru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
§    Peralatan jaringan distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh PLN
§    Buku SOP sistem jaringan distribusi yang berlaku dan telah disepakati
§    Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang oleh pejabat terkait
§    Telah terbit pernyataan laik bertegangan / operasi dari pejabat yang berwenang
§    Telah dinyatakan siap operasi oleh manager APJ
§    Skenario / panduan manuver yang telah dibuat.
f)     SOP Manuver Pembebasan Tegangan Untuk Pekerjaan Pemeliharaan
    Didalam melakukan manuver pembebasan / penormalan peralatan jaringan distribusi karena ada pekerjaan pemeliharaan harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pengawas jaringan dan yang perlu diperhatikan antara lain :
§    Ijin kerja yang sudah disetujui oleh APD atau APJ
§    Diwajibkan membaca / mempelajari serta memahami SOP “Manuver Pembebasan dan pemberian tegangan”.
§    Membaca dan memahami dokumen keselamatan kerja
§    Menyiapkan peralatan untuk melaksanakan manuver
§    Menyiapkan tanda atau rambu – rambu untuk pengaman
§    Pemberitahuan dan ijin kepada dispatcher APD dan piket APJ tentang pelaksanaan pemeliharaan, bahwa pekerjaan siap dimulai dan minta untuk instalasi yang dipelihara agar dibebaskan dari tegangan
§    Menunggu perintah dispatcher APD
§    Melaksanakan perintah dispatcher APD (APJ). Pada kondisi tertentu, atas perintah dispatcher APD harus dilepas oleh operator / teknisi / teknisi jaringan distribusi
§    Menginformasikan ke APD (APJ) bahwa perintah tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan aman.
§    Memasukkan PMS pentanahan / membumikan jaringan tersebut dan memasang rambu – rambu tanda bahaya.
g)     SOP Manuver Penormalan Setelah Pekerjaan Pemeliharaan
§    Melaksanakan pembukaan PMS pentanahan / pembumian
§    Lapor ke dispatcher APD (APJ) bahwa pekerjaan sudah selesai dengan melaporkan status PMS tanah / pembumian
§    Melaksanakan dan mencatat perintah dispatcher APD (APJ)
§    Kondisi normal PMT 20 KV dimasukkan oleh Dispatcher atau oleh operator / teknisi jaringan
§    Setelah peralatan bertegangan kembali, periksa semua indikator, meter dan relai apakah dalam keadaan normal.
h)    Pembebasan Instalasi Gardu Trafo Tiang (GTT)
§    SOP Urutan Pembebasan Instalasi dan Tegangan :
·    Fuse line dibuka oleh operator / teknisi
·    PMS / saklar utama oleh operator / teknisi jaringan distribusi
·    CO dibuka oleh operator / teknisi
·    PMS tanah / grounding dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi
§    SOP Urutan Pemberian Tegangan Pada Instalasi
·    PMS tanah / grounding dilepas oleh operator / teknisi jaringan distribusi
·    CO dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi
·    PMS / saklar utama dimasukkan oleh operator / teknisi jaringan distribusi
·    Fuse line dibuka oleh operator / teknisi
G.  SOP Komunikasi
        Di dalam pengendalian sistem tenaga listrik terdapat sarana bantu yang sangat dibutuhkan yaitu saran komunikasi. Untuk itu agar tujuan pengoperasian sistem tenaga listrik yang handal, ekonomis dan mutu yang baik diperlukan sistem komunikasi yang baik pula.
    Sarana komunikasi yang dipergunakan tersebut antara lain :
a)    Radio Transceiver : adalah sarana komunikasi yang menggunakan media udara dan mempunyai sifat CONFRENCE artinya salah satu bicara menggunakan Radio, maka akan dapat didengar oleh semua operator / teknisi jaringan distribusi (TM) dan dispatcher APD (sesuai frekuensi yang digunakan masing – masing region).
b)    Power Line Carier Telephone (PLCT) : adalah sarana komunikasi telephone yang menggunakan saluran udara tegangan tinggi 150 KV dan 70 KV sebagai media komunikasi
c)    Fiber optik : adalah merupakan sarana komunikasi telephone dengan menggunakan media kabel fiber optik  yang terbentang pada saluran transmisi 500 KV dan 150 KV
d)    Telephone umum (PT TELKOM)
    Di dalam bekomunikasi ada batas – batas tertentu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan etika komunikasi yang menyangkut tata tertib dan sopan santun. Adapun yang dimaksud dengan etika komunikasi adalah jika anda menerima telepon maka sebutkan nama atau tempat anda berada dan kemudian tanyakan dari mana dan atau tanyakan keperluannya. Akan tetapi jika anda mengirim, kenalkan terlebih dahulu dengan menyebutkan nama dan kesatuan anda, dan selanjutnya tanyakan siapa lawan bicara kemudian baru membicarakan maksud dan tujuan anda menghubungi seseorang / tempat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti secara santun.

H.  SOP Lokal Jaringan Distribusi
        SOP Lokal jaringan distribusi adalah aturan atau pedoman bagi operator / teknisi untuk melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan bantu di jaringan distribusi pada kondisi normal, gangguan maupun pemeliharaan.
Adapun materi yang sangat mendasar dan harus dipahami / dimengerti oleh setiap operator / teknisi jaringan distribusi adalah pembacaan dan pengertian anouncator pada panel kontrol dan panel proteksi, sedangkan untuk aturan atau pedoman / panduan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan setiap peralatan di jaringan distribusi mengacu pada Buku Manual Jaringan Distribusi (SOP Lokal).
Apabila anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekrja / muncul bunyi alarm, tugas daripada operator / teknisi jaringan distribusi adalah :
§    Mematikan bunyi bell / klakson (kalau ada)
§    Memeriksa dan mencatat anouncator pada panel kontrol atau indikator proteksi pada panel yang bekerja / muncul
§    Mereset anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi yang bekerja / muncul
§    Melaporkan anounciator pada panel kontrol atau indikator proteksi bekerja / muncul ke dispatcher APD / APJ piket penanggung jawab jaringan distribusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar